PENDAHULUAN
Produksi anggur 
( Vitis sp.) di Indonesia belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi anggur secara kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan (Aspek K-3) untuk bersaing di era pasar bebas.




Info Lengkap Budidaya Anggur

TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 1/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
ANGGREK
1. SEJARAH SINGKAT

Budidaya Anggrek

TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 1/ 18
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
ALPUKAT / AVOKAD
( Persea americana Mill / Persea gratissima Gaerth )
1. SEJARAH SINGKAT

Budidaya Alpukat

BELIMBING
( Averrhoa carambola )
1. SEJARAH SINGKAT
Belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan
Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya
di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur
pekarangan (home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan
sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah
belimbing dikenal dengan nama /sebutan “star fruits”, dan jenis belimbing yang
populer dan digemari masyarakat adalah belimbing “Florida”.
2. JENIS TANAMAN

Budidaya Belimbing

Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandangkandang ternak yang ada di Indonesia.

Budidaya Puyuh

Sudah lama madu dimanfaatkan sebagai ramuan minuman/makanan kesehatan. Tapi, sedikit sekali yang membudidayakannya. Inilah cerita dari PAP Cibubur.

Manisnya madu, siapa yang tak tahu. Namun manisnya bisnis madu belum semua orang mahfum. Salah satu yang telah menikmati rezeki dari beternak madu adalah Pusat Apiari Pramuka (PAP) Cibubur, Jakarta Timur.
Padahal untuk beterbak lebah tidak berbelit. Masalah yang dihadapi juga tidak sulit. Penyakit lebah tidak ada yang mematikan. "Paling hanya kutu", kata Nurrochman, Kepala Bagian umum dan Personalia PAP. Hama lain adalah predator, yaitu burung dan lebah besar. Itupun terjadi kalau lebah terbang terlalu tinggi.

Budidaya Lebah Madu

TERNAK KAMBING

1. PENDAHULUAN
Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 - 150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana.

Budidaya Kambing

Usaha peternakan bebek di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan bebrapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak bebek, antara lain :

Budidaya - Beternak Bebek

JENIS IKAN LELE
Setidaknya terdapat enam jenis keluarga ikan berkumis ini, sebagian spesies pribumi dan sebagian lagi spesies asing, yang dapat dikembangkan di Indonesia.

Budidaya Ikan Lele


1. SEJARAH SINGKAT   Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.

Budidaya Sapi Potong - Pedaging

1. SEJARAH SINGKAT   Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.

Ternak Ayam Buras Pedaging Selengkapnya

1.  SEJARAH SINGKAT
  Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.

Budidaya Ayam Petelur

A. LATAR BELAKANG

Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha, memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ketahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan dibeberapa daerah yang semula makanan pokoknya ketela, sagu, jagung akhimya beralih makan nasi.

Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak dan nilai energi yang terkandung didalamnya cukup tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan.

B. SEJARAH TANAMAN PADI

Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.

Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.

C. ARTI PENTING DAN MANFAAT PADI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.

Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.

Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.

D. SYARAT TUMBUH

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl.

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.


BAB II

BERCOCOK TANAM PADI

Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan clan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan.

PADI SAWAH

Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi.

1. PERSEMAIAN

Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.

a. Penggunaan benih

- Benih unggul

- Bersertifikat

- Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha

b. Persiapan lahan untuk persemaian

- Tanah harus subur

- Cahaya matahari

- Pengairan

- Pengawasan

c.

Pengolahan tanah calon persemaian

- Persemaian kering

- Persemaian basah

- Persemaian sistem dapog

Persemaian Kering

Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan dengan baik yaitu :

- Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.

- Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.

- Selanjutnya tanah digaru

Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.

Ukuran bedengan persemaian :

- Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjag

- Lebar bedengan : 100 -150 cm

- Tinggi bedengan : 20 -30 cm

Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :

- Penaburan benih dan pencabutan bibit

- Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :

¬ Penyiangan

¬ Pengairan

¬ Pemupukan

¬ Pemberantasan hama dan penyakit

Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah.

Persemaian Basah

Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak pada penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air:

- Air akan melunakan tanah

- Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )

- Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit

Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.

Sistem Dapog

Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem dapog, sistem tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa Pendowoharjo, Sewon.

Cara penyemaian dengan sistem dapog :

- Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah

- Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang

- Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan benih dapat menyerap makanan dari putik lembaga

- Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah

- Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4

- Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian yang baru atau tempat penanaman disawah

d. Penaburan benih

Perlakuan sebagai upaya persiapan

Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :

- Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang

- Agar terjadi proses tisiologis

Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam benih akan mempercepat proses tisiologis

Lama perendaman benih

Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam ( sebelumnya ditiriskan atau dietus )

Lamanya pemeraman

Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih berkecambah.

Pelaksanaan menebar benih

Hal- hal yang hams diperhatikan dalam menebar benih adalah :

- Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm

- Benih tersebar rata

- Kerapatan benih harus sama

e. Pemeliharaan persemaian

1) Pengairan

Pada pesemaian secara kering

Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang dilakukan secara basah.

Pada pesemaian basah

Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Bedengan digenangi air selama 24 jam

- Setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang hingga keadakan macak-macak ( nyemek-nyemek ), kemudian benih mulai bisa disebar

Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macak-macak ini, dimaksudkan agar:

0 Benih yang disebar dapat merata daD mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.

- Benih tidak busuk akibat genagan air

- Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat

- Benih mendapat sinar matahari secara langsung

Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai dengan keadaan, misalnya : bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk memudahkan pencabutan.

2) Pemupukan dipersemaian

Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih disebar.

2.

PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH SAWAH

Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :

a. Pembersihan

b. Pencangkulan

c. Pembajakan

d. Penggaruan

a. Pembersihan

- Selokan-selokan perlu dibersihkan

- Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos

b. Pencangkulan

Perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar dibajak

c. Membajak

- Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah

- Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami ) sehingga akhirnya membusuk.

- Proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme yang ada dalam tanah

d. Menggaru

- Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah

- Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah

- Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar

- Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan keuntungan

- Permukaan tanah menjadi rata

- Air yang merembes kebawah menjadi berkurang -Sisa tanaman atau rumput akan terbenam

- Penanaman menjadi mudah

- Meratakan pembagian pupuk dan pupuk terbenam

3.

PENANAMAN

Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :

a. Persiapan lahan

b. Umur bibit

c. Tahap penanaman

a. Persiapan lahan

Tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik, akhirnya siap untuk ditanami bibit padi.

b. Umur bibit

Bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi, bib it terse but segera dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit

c. Tahap penanaman

Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu

1. Memindahkan bibit

2. Menanam

1) Memindahkan bibit

Bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari ( tergantung jenis padinya, genjah / dalam ) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.

Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah :

- Bibit telah berumur 17 -25 hari

- Bibit berdaun 5 -7 helai

- Batang bagian bawah besar, dan kuat

- Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama)

- Bibit tidak terserang hama dan penyakit

Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang mempunyai anakan.

2)

Menanam

Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus diperhatikan adalah :

a. Sistim larikan ( cara tanam )

b. Jarak tanam

c. Hubungan tanaman

d. Jumlah tanaman tiap lobang

e. Kedalam menanam bibit

f. Cara menanam

a) Sistim larikan ( cara tanam )

- Akan kelihatan rapi

- Memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan

- Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih baik dan cepat

- Dan perlakuan-perlakuan lainnya

- Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa diketahui dengan mudah

b) Jarak tanam

Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi, tergantung pada :

- .Jenis tanaman

- Kesuburan tanah

- Ketinggian tempat / musim

- Jenis tanaman

Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.

- Kesuburan tanah

Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah yang subur lebih baik daTi pada perkembangan akar / tanaman pada tanah yang kurang subur. Oleh karena itu jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar daTi pada jarak tanam padah tanah yang jurang subur.

- Ketinggian tempat.

Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti daerah pegunungan akan memerlikan jarakn tanam yang lebih rapat dari pada jarak tanam didataran rendah, hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air. Tanaman padi varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm pada musim kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim hujan.

c) Hubungan tanaman

Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam. Hubungan tanaman yang sering diterapkan ialah :

- Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat )

- Hubungan tanaman empat persegi panjang.

- Hubungan tanaman 2 baris.

d) Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang.

Bibit tanaman yang baik sangat menentukan penggunaannya pada setiap lubang. Pemakian bibit tiap lubang antara 2 -3 batang

e) Kedalaman penanaman bibit

Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3 -4 cm.

f) Cara menanam

Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah / menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.

4.

PEMELIHARAAN

Meliputi :

a. Penyulaman dan penyiangan

b. Pengairan

c. Pemupukan

a. Penyulaman dan penyiangan.

Yang harns diperhatikan dalam penyulaman :

- Bibit yang digunakan harus jenis yang sama

- Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu

- Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah tanam.

- Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu ) supaya dihilangkan.

b. Pengairan

Pengairan disawah dapat dibedakan :

- Pengairan secara terus menerus

- Pengairan secara piriodik

c.Pemupukan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa :

- Pupuk alam ( organik )

- Pupuk buatan ( an organik )

Dosis pupuk yang digunakan :

- Pupuk Urea 250 -300 kg / ha

- Pupuk SP 36 75 -100 kg / ha

- Pupuk KCI 50 -100 kg / ha

- Atau disesuaikan dengan analisa tanah

Budidaya Padi

1.
SEJARAH SINGKAT


Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.
2.
JENIS TANAMAN


Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rutales
Keluarga
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Species
: Citrus sp.
Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC).
Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut.
3.
MANFAAT TANAMAN


1)
Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
2)
Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.
3)
Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.

4.
SENTRA PENANAMAN


Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.
5.
SYARAT TUMBUH


5.1.
Iklim
1. Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
2.
Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
3.
Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C.
4.
Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
5.
Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.

5.2.
Media Tanam
1. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7- 27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
2.
Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.
3.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5– 6,5 dengan pH optimum 6.
4.
Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
5.
Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 30°.

5.3.
Ketinggian Tempat
Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendah
sampai tinggi tergantung pada spesies:

1.
Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.
2.
Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
3.
Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.
4.
Jenis Siem: 1–700 m dpl.
5.
Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.
6.
Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.
7.
Jenis Purut: 1–400 m dpl.


6.
PEDOMAN BUDIDAYA


6.1.
Pembibitan
  1. Persyaratan Benih
    Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit.
  2. Penyiapan Benih
    Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif.
  3. Teknik Penyemaian Bibit
a)
Cara generatif
Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang.

Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-4- cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2.
Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).
b)
Cara Vegetatif
Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.




6.2.
Pengolahan Media Tanam
Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini:

1) Keprok dan Siem
: jarak tanam 5 x 5 m
2) Manis
: jarak tanam 7 x 7 m
3) Sitrun (Citroen)
: jarak tanam 6 x 7 m
4) Nipis
: jarak tanam 4 x 4 m
5) Grape fruit
: jarak tanam 8 x 8 m
6) Besar
: jarak tanam (10-12) x (10-12) m

Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah.

6.3.
Teknik Penanaman
Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan:

1) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.
2) Pengurangan akar.
3) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang.
Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.
6.4.
Pemeliharaan Tanaman
  1. Penyulaman
    Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.
  2. Penyiangan
    Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.
  3. Pembubunan
    Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.
  4. Pemangkasan
    Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya.Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.
  5. Pemupukan
    Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalah sebagai berikut:
a) 1 bulan
:
Urea=100; ZA=200; TSP=25; ZK=100; Dolomit=20; P.kandang=20 kg/tan.
b) 2 bulan
:
Urea=200; ZA=400; TSP=50; ZK=200; Dolomit=40; P.kandang=40 kg/tan.
c) 3 bulan
:
Urea=300; ZA=600; TSP=75; ZK=300; Dolomit=60; P.kandang=60 kg/tan.
d) 4 bulan
:
Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400; Dolomit=80; P.kandang=80 kg/tan.
e) 5 bulan
:
Urea=500; ZA=1000; TSP=125; ZK=500; Dolomit=100; P.kandang=100 kg/tan.
f) 6 bulan
:
Urea=600; ZA=1200; TSP=150; ZK=600; Dolomit=120; P.kandang=120 kg/tan.
g) 7 bulan
:
Urea=700; ZA=1400; TSP=175; ZK=700; Dolomit=140; P.kandang=140 kg/tan.;
h) 8 bulan
:
Urea=800; ZA=1600; TSP=200; ZK=800; Dolomit=160; P.kandang=160 kg/tan.
i) >8 bulan
:
Urea >1000; ZA=2000; TSP=200; ZK=800; Dolomit=200; P.kandang=200 kg/tan.

  1. Pengairan dan Penyiraman
    Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.
  2. Penjarangan Buah
    Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama terdapat dan sisakan hanya 2-3 buah.


7.
HAMA DAN PENYAKIT


7.1.
Hama
1. Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.
Gejala: tunas keriting, tanaman mati.
P
engendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.
2.
Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.
Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa.
Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).

3.
Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian yang diserang adalah daun muda.
Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok.
Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.

4.
Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah.
Gejala: bercak keperakperakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.
Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).

5)
Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian yang diserang adalah buah.
Gejala: lubang yang mengeluarkan getah.
Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida
Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC)
yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.

6)
Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
Bagian yang diserang Helopeltis antonii.
Gejala: bercak coklat kehitaman dengan
pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.
Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).

7)
Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes.
Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.
Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yang diserang.

8)
Thrips (Scirtotfrips citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.
Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.
Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.

9)
Kutu dompolon (Planococcus citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai buah.
Gejala: berkas berwarna kuning,
mengering dan buah gugur.
Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.

10)
Lalat buah (Dacus sp.)
Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak.
Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.

11)
Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.
Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).

12)
Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.
Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.
Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).


7.2.
Penyakit
1. CVPD
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.
Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.
2.
Tristeza
Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.
Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade.

3.
Woody gall (Vein Enation)
Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange.
Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.

4.
Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang.
Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.

5.
Embun tepung
Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda.
Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot
25 EC).

6.
Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah.
Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).

7.
Busuk buah
Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah.
Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.

8.
Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning.
Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering.
Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.

9.
Buah gugur prematur
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga
Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur.
Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.

10.
Jamur upas
Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.
Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas.
Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.

11.
Kanker
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah.
Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah
dengan diameter 3-5 mm.
Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun
adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.



8.
P A N E N


8.1.
Ciri dan Umur Panen
Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya.

8.2.
Cara Panen
Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.

8.3.
Perkiraan Produksi
Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.


9.
PASCA PANEN


9.1.
Pengumpulan
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.

9.2.
Penyortiran dan Penggolongan
Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.

9.3.
Penyimpanan
Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.

9.4.
Pengemasan
Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.


10.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN


10.1.
Analisis Usaha Budidaya
Analisis budidaya jeruk manis (Jaffa) skala 1 hektar selama masa tanam 6 tahun di daerah Batu (Malang) tahun 1999.
1) Biaya produksi

a)
Sewa lahan 15 tahun @ Rp. 1.000.000,-
Rp. 15.000.000,-
b)
Bibit 400 tanaman @ Rp. 2.500,-
Rp. 100.000,-
c)
Pupuk kandang
- Tahun ke-1, 67 m3 @ Rp. 15.000,-
- Tahun ke-2, 83 m3 @ Rp. 15.000,-
- Tahun ke-3, 100 m3 @ Rp. 15.000,-
- Tahun ke-4, 125 m3 @ Rp. 15.000,-
- Tahun ke-5, 150 m3 @ Rp. 15.000,-
- Tahun ke-6, 175 m3 @ Rp. 15.000,-


Rp. 1.005.000,-
Rp. 1.245.000,-
Rp. 1.500.000,-
Rp. 1.875.000,-
Rp. 2.250.000,-
Rp. 2.625.000,-

d)
Pupuk Urea
- Tahun ke-1, 80 kg @ Rp. 1.410,-
- Tahun ke-2, 100 kg @ Rp. 1.410,-
- Tahun ke-3, 145 kg @ Rp. 1.410,-
- Tahun ke-4, 152 kg @ Rp. 1.410,-
- Tahun ke-5, 222 kg @ Rp. 1.410,-
- Tahun ke-6, 333 kg @ Rp. 1.410,-


Rp. 112.800,-
Rp. 141.000,-
Rp. 204.450,-
Rp. 214.320,-
Rp. 313.020,-
Rp. 469.530,-

e)
Pupuk SP 36
- Tahun ke-1, 65 kg @ Rp. 2.055,-
- Tahun ke-2, 85 kg @ Rp. 2.055,-
- Tahun ke-3, 100 kg @ Rp. 2.055,-
- Tahun ke-4, 100 kg @ Rp. 2.055,-
- Tahun ke-5, 111 kg @ Rp. 2.055,-
- Tahun ke-6, 166 kg @ Rp. 2.055,-


Rp. 133.575,-
Rp. 174.675,-
Rp. 205.500,-
Rp. 205.500,-
Rp. 228.105,-
Rp. 341.130,-

f)
Pupuk ZK
- Tahun ke-1, 26 kg @ Rp. 2.550,-
- Tahun ke-2, 50 kg @ Rp. 2.550,-
- Tahun ke-3, 73 kg @ Rp. 2.550,-
- Tahun ke-4, 152 kg @ Rp. 2.550,-
- Tahun ke-5, 333 kg @ Rp. 2.550,-
- Tahun ke-6, 500 kg @ Rp. 2.550,-


Rp. 66.300,-
Rp. 127.500,-
Rp. 186.150,-
Rp. 387.600,-
Rp. 849.150,-
Rp. 1.275.000,-

g)
Pupuk Daun
- Tahun ke-1: 3 liter @ Rp. 54.000,-
- Tahun ke-2: 6 liter @ Rp. 54.000,-
- Tahun ke-3: 8 liter @ Rp. 54.000,-
- Tahun ke-4: 10 liter @ Rp. 54.000,-
- Tahun ke-5: 10 liter @ Rp. 54.000,-
- Tahun ke-6: 10 liter @ Rp. 54.000,-


Rp. 162.000,-
Rp. 324.000,-
Rp. 432.000,-
Rp. 540.000,-
Rp. 540.000,-
Rp. 540.000,-

h)
Obat dan Pestisida (Antracol, Karathane,Nimrod, Dimecron, dll)
- Tahun ke-1:
- Tahun ke-2:
- Tahun ke-3:
- Tahun ke-4:
- Tahun ke-5:
- Tahun ke-6:


Rp. 3.000.000,-
Rp. 4.400.000,-
Rp. 4.840.000,-
Rp. 5.668.000,-
Rp. 8.400.000,-
Rp. 11.104.000,-

i)
Peralatan
- Cangkul 20 buah @ Rp. 15.000,-
- Sprayer 3 buah @ Rp. 300.000,-
- Gunting pangkas 5 bh @ Rp. 50.000,-


Rp. 300.000,-
Rp. 900.000,-
Rp. 250.000,-

j)
j. Tenaga kerja :
-
Tenaga tetap 1 or, Rp. 960.000,-/th
-
Pengolahan lahan
Tahun ke-1: 15 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-2-6: 40 HOK, Rp. 200.000/th

-
Buat lubang tanam: 70 HOK @ Rp.5.000
-
Penanaman: 30 HOK @ Rp. 5.000,-
-
Penyiangan: 20 HOK, Rp. 100.000/th
-
Pemupukan
Tahun ke-1-2: 30 HOK, Rp. 150.000,-/th
Tahun ke-3: 40 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-4: 50 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke 5: 65 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-6: 75 HOK @ Rp. 5.000,-

-
Pengendalaian HPT
Tahun ke-1: 24 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-2: 36 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-3: 48 HOK @ Rp. 5.000,-

-
Penyemprotan Hama
Tahun Ke-1: 50 Hok @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-2: 65 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-3: 60 HOK @ Rp. 5.000,-

-
Penyemprotan penyakit
Tahun ke-1: 20 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-2: 30 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-3: 30 HOK @ Rp. 5.000,-

-
Penyabutan batang
Tahun ke-2: 16 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-3: 20 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-4: 30 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-5: 50 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-6: 50 HOK @ Rp. 5.000,-

-
Pengairan
Tahun ke-1-3: 30 HOK, Rp. 150.000,-/th
Tahun ke-4-6: 40 HOK, Rp. 200.000,-/th

-
Pemangkasan
Tahun ke-2: 22 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-3: 30 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-4: 50 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-5: 60 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-6: 60 HOK @ Rp. 5.000,-



Rp. 5.760.000,-

Rp. 75.000,-
Rp. 1.000.000,-

Rp. 350.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 600.000,-

Rp. 300.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 325.000,-
Rp. 375.000,-


Rp. 120.000,-
Rp. 180.000,-
Rp. 240.000,-


Rp. 250.000,-
Rp. 325.000,-
Rp. 300.000,-


Rp. 100.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 150.000,-


Rp. 80.000,-
Rp. 100.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 250.000,-


Rp. 450.000,-
Rp. 600.000,-


Rp. 110.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 300.000,-
Rp. 300.000,-


Jumlah biaya produksi selama 6 tahun Rp. 86.825.305,-


2)
Pendapatan (mulai produksi tahun ke-3)
a. Tahun ke-3: 1.665 kg @ Rp. 5.000,-/kg
b. Tahun ke-4: 4.995kg @ Rp. 5.000,-/kg
c. Tahun ke-5: 9.990 kg @ Rp. 5.000,-/kg
d. Tahun ke-6: 19.960 kg @ Rp. 5.000,-/kg
Jumlah pendapatan


Rp. 8.325.000,-
Rp. 24.975.000,-
Rp. 49.950.000,-
Rp. 99.800.000,-
Rp.183.050.000,-

3)
Keuntungan dalam 6 tahun
Keuntungan rata-rata per tahun

Rp. 96.224.695,-
Rp. 16.037449,17,-

4)
Parameter kelayakan usaha
1. B/C rasio


= 2,1


Catatan:
Dalam budidaya jeruk manis (Jaffa), tanaman mulai berproduksi pada tahun ke 3 dan keuntungan mulai didapat mulai tahun ke-4.

10.2.
Gambaran Peluang Agribisnis
Di luar negeri jeruk merupakan komoditi buah-buahan yang sangat penting dengan nilai ekonomi tinggi. Tendensi permintaan buah-buah internasional termasuk jeruk akan meningkat, selain itu diperkiraan permintaan pasar dalam negeri akan meningkat sebesar 10 % per tahun.

Konsumsi jeruk di Indonesia hanya 2,7 kg/orang/tahun, masih jauh dari konsumsi ideal sebesar 6,4 kg/orang/tahun. Dengan konsumsi ideal, diperlukan 1,3 juta ton jeruk/tahun, padahal produksi jeruk di tahun 1996 hanya 793.810 ton/tahun yang saat ini tidak bergerak banyak. Untuk itu masih diperlukan penambahan 50.129 ha kebun jeruk.
Prospek agribisnis jeruk di Indonesia semakin baik karena lahan pertanian untuk buah-buahan meliputi areal jutaan hektar dan potensi peningkatan produksi jeruk juga tinggi karena selama ini kebun jeruk umumnya diusahakan secara tradisional. Selain itu, jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang harganya relatif stabil.

11.
STANDAR PRODUKSI


11.1.
Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.

11.2.
Diskripsi
Jeruk keprok adalah buah dari tanaman jeruk keprok (Citrus reticulata LOUR) yang berkulit mudah dikupas, dalam keadaan cukup tua, utuh segar dan bersih.

11.3.
Klasifikasi dan Standar Mutu
Jeruk keprok digolongkan dalam 4 (empat) ukuran yaitu kelas A, B, C dan D, berdasarkan berat tiap buah, yang masing-masing digolongkan dalam 2 (dua) jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
Kelas A: diameter ­ 7,1 cm atau ­ 151 gram/buah.
Kelas B: diameter 6,1–7,0 cm atau 101–150 gram/buah
Kelas C: diameter 5,1–6,0 cm atau 51–100 gram/buah
Kelas D: diameter 4,0–5,0 cm atau ­ 50 gram/buah
Adapun syarat mutu buah jeruk keprok adalah sebagai berikut :
1) Keasamaan sifat varietas: Seragam, cara uji organoleptik
2) Tingkat ketuaan: Tua, tidak terlalu matang, cara uji organoleptik
3) Kekerasan: Cukup keras, cara uji organoleptik
4) Ukuran: Kurang seragam, cara uji SP-SMP-309-1981
5) Kerusakan, % (jml/jml): maks 5-10, cara uji SP-SMP-310-1981
6) Kotoran: bebas, bebas, cara uji organoleptik
7) Busuk % (jml/jml): maks.1-2, cara uji SP-SMP-311-1981

11.4.
Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.

a)
Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
b)
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
c)
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
d)
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
e)
Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
11.5
Pengemasan
Buah jeruk dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

12.
DAFTAR PUSTAKA


1.
AAK. 1992. Bertanam Pohon Buah-buahan 2. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.
2.
Rahardi, Yovita H. Indriani & Haryono. 1999. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar
Swadaya. Jakarta.

3.
Trubus no 340. 1998. Masih Diperlukan Penambahan 50.129 ha Kebun Jeruk.
4.
R. Bambang Soelarso, Ir. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.
5.
Bonus Trubus No. 345. 1998. Celah-celah Usaha Terpilih.

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Budidaya Jeruk